Teringat perbincangan dengan seseorang (yang bahkan saya tidak ingat lagi siapa) ketika kuliah dulu.
Dia:
"Kyanya lu emang suka banget sama jurnalistik, ya?"
Saya:
"Emang. Gw pengen banget jadi wartawan perang."
Dia:
"Kenapa?"
Saya:
"Highest achievement aja kalo jadi wartawan perang."
Dia:
"Tapi tanpa lu sadari, lu berharap perang tetap ada, kan?"
Saya terdiam.
5 comments:
kalau perang lempar gelas dan piring termasuk kategori perang ga?
* jadi jurnalis perang domestik aja Mon. :D
*terdiam juga
Aku kira tdk sesederhana itu. Aku pernah baca liputan perang Bosnia Zaim Uchrowi & Farid Gaban dalam sebuah kecil berjudul "Dor!". Liputan itu sejatinya pernah dimuat secara berkala di Republika. Mereka berada di medan perang itu lebih dari sebulan
Di bawah hujan mesiu, mereka mungkin lebih mampu menghadirkan "alasan tepat" untuk membenci perang ketimbang kita yang membaca liputan itu dengan duduk nyaman ditemani segelas teh. Pada satu titik, mereka merasa malu pada gerilyawan Bosnia dan menyerahkan rompi anti peluru mereka kepada salah satu dari para pejuang itu.
@ Himawan
Perang domestik? Boleh tuh. Ntar saya minta di-assign jadi beat reporter di sidang DPR. :P
@ Alia
^_^
@ Sonny
Percakapan itu menunjukkan pemikiran saya yang dangkal, Son. Betapa bagi saya, wartawan perang itu adalah target karir. Dan judgement lawan bicara saya memang untuk point of view itu. :)
maaf klo saya ikutan komen,
mgkn ga gitu terkonsep tp ini hal sederhana yg saya alami.
sebuah bus akademik keperawatan lewat di depan kede tmpt kami biasa ngopi.
seorang teman tiba2 komen jg dgn apa yg dilihatnya,
ooh, nga ro si partahi2 namarsahit.
sebenarnya tak jarang saya mendengarkan kalimat seperti itu.
Dalam hati saya apakah memang seorang perawat mengharapkan orang menjadi sakit?
apakah dengan tidak adanya perawat, maka penyakit juga tidak akan ada. tetapi tidak penyakit tetap ada. dan selama penyakit ada orang sakit juga akan ada.
jadi menurut saya kembali ke tujuan awal bahwasanya perawat adalah tugas mulia, yg membantu org sakit menjadi pulih kembali.
bagaimana dengan perang anda mona?
Post a Comment