10.30.2008

Lagu Anak-Anak, Keluarlah dari Persembunyianmu!

Sewaktu melewati Perkampungan Kingkit tadi pagi, saya sengaja memperlambat langkah saya karena mendengar lagu anak-anak dari speaker Abang Odong-Odong (benar kan, itu namanya?). Rasanya menyenangkan mendengar lagu anak-anak bertema sederhana seperti itu.

Saya pernah menjadi penyiar radio untuk acara anak-anak selama hampir lima tahun. Dalam ingatan saya, lagu anak-anak berkualitas yang terakhir diproduksi itu adalah album Sherina. Bahkan Sherina pun sekarang sudah mengeluarkan album dewasa!

Ah, ya, anak-anak masa kini mengikuti selera orang dewasa. Mereka dicekoki dengan Peterpan, Ungu, dan band-band populer lainnya (populer, bukan berkualitas). Sepupu saya buktinya. Dia bahkan sudah memasang poster Ungu di kamarnya pada saat dia masih duduk di kelas 4 SD! Salahkan soundtrack sinetron yang mengambil alih atensi masyarakat, dan anak-anak adalah pihak yang paling gampang terkena exposure ini.

Pada akhirnya, anak-anak dianggap lumrah menyanyikan lagu dengan lirik yang kurang mendidik, mengikuti sinetron yang menampilkan kekerasan, menonton talk show yang hanya mengajarkan stereotip negatif. Dan saya akan berhenti di sini, sebelum saya sampai pada topik kapitalisme, komodifikasi, efek media, dan psikologi pendidikan yang ideal.

10.13.2008

Mexron Ronny Herbert Sihombing

Saya teringat lagu Susan dan Ria Enes zaman kecil dulu, tapi entah lagu yang mana. Ada bagian yang menyebutkan, "Gajah mati meninggalkan gading, manusia mati meninggalkan nama." Karenanya, saya terpikir untuk membuat tulisan dedikasi bagi anggota keluarga yang sudah berpulang ke Yang Esa, agar nama mereka tetap teringat. Saya rencanakan akan ada satu tulisan untuk setiap orangnya.

Untuk kali pertama, saya akan bercerita tentang adik lelaki saya, bernama Mexron Ronny Herbert Sihombing. Orangtua saya sepertinya memang tertarik dengan pola "tiga nama ditambah marga", di mana, kalau dipikir-pikir, ketiga nama yang ada di saya dan almarhum adik saya itu adalah nama yang biasa dipakai jadi nama depan. Anda bisa menemukan orang bernama Mexron, Ronny, juga Herbert, seperti yang juga bisa dilakukan pada nama saya.

Mex lahir pada 21 November 1984. Perbedaan umur kami hanya 14 bulan.

Kata Mama, Mex lahir dengan berat mencapai 5,5 kg. Kulitnya putih dan rambutnya lebat. Selalu ingin digendong dan kalau dilepas, pasti menangis. Mama pernah bilang, "Mungkin Mex tahu kalau dia hanya sebentar hidup di dunia ini, makanya dia gak mau lepas dari Mama."

Kata Tulang Pudan* saya, beliau selalu keberatan bila Mama memintanya menjaga Mex sementara saya dibawa oleh Mama.

"Si Mex ma boan, Ka. Si Mona ma hujaga."
"Boasa haroa?"
"Holan na tangis molo dang adong Kakak. Ingkon Kakak do mangoppa ibana. Molo ahu, holan na tangis do annongan si Mex."


"Si Mex-lah bawa, Kak. Si Mona aja yang kujaga."
"Memangnya kenapa?"
"Nangis terus (si Mex) kalau Kakak ga ada. Harus Kakak yang menggendong dia. Kalau aku (yang gendong), nanti si Mex nangis terus."

Sejujurnya, tak ada yang saya ingat tentang Mex, karena setelah Mex lahir, saya sering dititipkan di rumah Ompung** yang berjarak 10 menit berjalan kaki dari rumah kami. Foto yang kami punya pun hanya selembar, yakni gambar Mex yang sedang terlentang di tempat tidur. Memang, terlihat kalau Mex adalah bayi putih, gemuk, menggemaskan, dan berpotensi jadi pria ganteng di masa dewasanya.

Adalah suatu kebiasaan untuk merayakan ulang tahun pertama seorang anak. Jadi, sekitar seminggu sebelum perayaan ulang tahun Mex, Mama sudah beli ini itu untuk bahan makanan pesta ulang tahun itu. Mama juga sudah menyebarkan undangan buat anak-anak kecil dan keluarga. Tetapi, Mex jatuh sakit empat hari sebelum ulang tahunnya. Kata Mama, ada memar biru di bagian lehernya.

Mex diopname di rumah sakit di kampung halaman saya (sekitar 4 jam dari Medan), kemudian dipindahkan ke rumah sakit yang lebih modern di daerah Kabanjahe (sekitar satu jam dari Medan). Pada 19 November 1985, Mex meninggal di Kabanjahe.

Saat disemayamkan di rumah kami, bahan makanan yang tadinya hendak diolah untuk merayakan ulang tahun Mex akhirnya dimasak untuk orang-orang yang datang untuk melayat jenazah satu-satunya adik kandung saya itu.

Dan, Mexron Ronny Herbert Sihombing pun dimakamkan pada 21 November 1985, tepat di hari ulang tahun pertamanya.


________
* Tulang Pudan adalah singkatan dari Tulang Siampudan. Tulang adalah panggilan di suku Batak Toba untuk saudara laki-laki Ibu. Siampudan berarti anak bungsu.
** Ompung dimaksudkan untuk menyebut Kakek atau Nenek.

10.10.2008

Can't wait: Liverpool FC vs Atletico Madrid

I can't wait till October 22nd. It is the matchday of Champions League Group Phase when Liverpool FC comes to Vicente Calderon Stadium to face Atletico Madrid.

I want to see how some players will play against their ex-club.

In Liverpool, we have Fernando Torres. He was the Prince of Atletico Madrid before coming to Liverpool (and already set his name in LFC's history). And yet this time he plays in Atletico's.


In Atletico Madrid, I see Luis Garcia and Florent Sinama-Pongolle. OK, I don't remember any about Pongolle since I became a fan when he wasn't in the squad anymore, but I was a fan of Luis Garcia when he wore the Reds' jersey. I remember he was ranked 24th in the 100 Players Who Shook the Kop online poll.

Why does this thing matter to me? Personally, I always give credit to those football players who still appreciate his ex-club and his ex-club's fans. The critical moment is after netting a goal to his ex-club. Will he or won't he celebrate his goal? How will he celebrate his goal?

I am not a fan of Christiano Ronaldo. But I do agree that he is a great player and I have one positive impression about him. When Manchester United played against his ex-club, Sporting Lisbon, he netted a goal yet he didn't make any celebration.

Off course I am not expecting Pongolle nor Garcia makes a break to Rheina's net. Off course I am expecting Torres scores goals and Liverpool wins the match. But, if one of the three players scores a goal, what will they do after hand?

I can't wait.


Credit: photo by www.liverpoolfc.tv