5.11.2009
From Andromeda Shun to Meteor Garden
Saat saya buat "Andromeda Shun" jadi status saya di facebook, beberapa teman penggemar Saint Seiya meninggalkan komentarnya. Lepas dari celaan mereka pada Andromeda Shun - yang katanya tidak punya nyali, selalu minta bantuan kakaknya (Phoenix Ikki), dan tampangnya terlalu feminin - saya menikmati debat online itu. Hey, masa-masa marah saat idola saya dicela itu sudah lama berlalu! :D
Buat saya, debat itu menunjukkan ada kesamaan kisah, kesamaan pengalaman yang bisa kami bagi. Yah, tontonan masa kecil itu.
Saya ingat, saya dan teman-teman sekos saya membahas Sailor Moon dalam waktu yang cukup lama. Betapa setiap kami punya obsesi pada Chiba Mamoru a.k.a Tuksedo Bertopeng. Betapa kami pernah mengasosiasikan diri dengan sailor favorit kami (SAILOR MARS!). Bahkan, seorang teman pernah bercerita, kalau di setiap jam istirahat zaman SD dulu, dia selalu ke toilet bersama gank-nya dan melakukan ritual transformasi menjadi sailor. "Dengan kekuatan bulan, akan menghukummu!" Hahahaaa ....
Dan, kalau dilanjut, saya mungkin akan membahas tentang Power Rangers, Ksatria Baja Hitam, Kera Sakti, ... banyak!
Itu kenangan masa SD. Dari masa SMP, topik yang paling sering saya bicarakan dengan teman-teman adalah MTV. Ya ... itu ... MTV waktu masih bermutu itu! Ketika Sarah Sechan, Jamie Aditya, Mike Kasem, Nadya Hutagalung, dan Donita jadi VJ-nya. Ah, jadi pengen nonton video "Jamie Anak Nakal" lagi. :D
Maju ke segmen saya berikutnya, SMU. Saya akan sebutkan Meteor Garden yang happening di masa akhir SMU saya. Jadi, Meteor Garden akan mewakili masa SMU dan masa awal kuliah saya.
Meteor Garden tahun 2002 itu merupakan drama Taiwan yang diadaptasi komik Jepang, Hana Yori Dango. Drama itu berkisah tenang San Chai, mahasiswi miskin berurusan dengan empat pemuda kaya (Tao Ming Tse, Hua Che Lei, Xi Men, dan Mei Zuo) yang menamakan diri F4 (Flower Four). Bla, bla, bla ... Tao Ming Tse jatuh cinta pada San Chai, bla, bla, bla, lalu berakhir bahagia. See, it's a cinderella story!
Para kaum pria, silahkan menyebut saya dan teman-teman perempuan saya terkena cinderella syndrome, namun kami berbahagia saat mengenang masa-masa itu. Kami tertawa saat mengingat dulu betapa sukanya kami pada anggota F4 tertentu (It was Mei Zuo for me!) dan bertanya-tanya mengapa kami bisa sebegitu sukanya pada mereka. Bahkan, dua bulan lalu, saat saya dan teman-teman sekos saya menghabiskan waktu menonton ulang DVD Meteor Garden itu, kami menertawai scenes tertentu, dan komentar "Aduh, norak!", "Kenapa dulu gw suka ini?", atau "Dulu kok gw lihat ini keren, ya?" kerap terdengar. Hahahaa ...
Iya, kalau ditanya sekarang, saya bisa bilang: akting Jerry Yan sangat jelek, Vic Zhou terlihat seperti orang penyakitan (bukan cool seperti yang digambarkan komiknya), Ken Zhu kurang playboy, dan Vanness Wu sangat pecicilan.
Saya pikir, efek Meteor Garden bukan hanya ada pada kami, para perempuan. Baru-baru ini saya menyusup ke file-file yang di-share oleh rekan-rekan sekantor saya. Saya kaget juga saat mengetahui kalau seorang rekan Tionghoa saya memiliki koleksi lengkap album F4.
Temuan itu mengingatkan saya pada pembicaraan dengan seorang teman Tionghoa di kantor sebelumnya.
"Eh, ternyata lu ada miripnya sama Mei Zuo, ya?"
"Yang F4 itu, ya? Teman gw juga pernah ngomong gitu."
"Oh ya? Trus reaksi lu?"
"Gw sih bangga-bangga aja."
Teman Tionghoa saya itu mungkin adalah yang direpresentasikan oleh skripsi seorang senior saya yang membahas tentang Meteor Garden dan identitas kaum muda Tionghoa. Bukankah, saat era Meteor Garden, sinetron Indonesia mulai menampilkan wajah oriental di antara pemerannya? Para pembuat sinetron punya tambahan pilihan untuk dijual, tidak lagi terbatas di wajah Indo.
Pada 2005, Jepang pun membuat dorama Hana Yori Dango (HanaDan) yang lebih setia pada komiknya. Pada 2007 dibuat pula sekuelnya: Hana Yori Dango Return dan pada 2008 ada versi filmnya. Akting, alur cerita, cast, chemistry, dan atmosfer kekayaannya jauh lebih baik daripada versi Taiwan. Itu jelas! Tetapi, walaupun saya jauh lebih menyukai HanaDan daripada Meteor Garden, dari aspek mana pun, saya tidak menyebut diri saya generasi HanaDan. Saya generasi Meteor Garden.
Ah, saya punya banyak cerita untuk anak saya nantinya, seperti Mama saya yang bercerita tentang film-film Roy Marten yang ditontonnya di masa remajanya.
Saya: "Waktu SD dulu, Mama suka nonton Saint Seiya sama Sailor Moon."
Anak saya: "Trus waktu SMP?"
Saya: "Mama nonton MTV. Waktu itu acara MTV masih bagus-bagus."
Anak saya: "Trus, waktu SMU?"
Saya: "Waktu akhir SMU, trus sampe kuliah, Mama nonton Meteor Garden."
Anak saya: "Trus, waktu udah kerja, Mama nonton acara tv apa?"
Saya: (sambil tersenyum bijak) "Mama gak nonton apa-apa. Mama kan sibuk kerja, Nak, waktu itu. "
Dalam hati, "Masak sih gw ngaku nonton sinetron Intan, Cinta, Bunga, Wulan, apalah itu? Atau acara-acara rekayasa itu? Apa kata anak gw ngebayangin Mama-nya yang pintar dan kritis ini nonton acara begituan? &@#$#&*&&##^*!!!!"
Sungguh imajinasi yang mampu melarang diri saya menonton sinetron saat ini. ^_~
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
3 comments:
Dalam hati, "Masak sih... begituan? &@#$#&*&&##^*!!!!"
kok gw curiga, justru pas percakapan ini terjadi, lo justru lagi sukanya nonton sinetron, atau apapun lah yang setipe itu di masa depan nanti :D
"diam-diam, si anak buka google dan mengetik: 'mona' + 'sailormoon' lalu langsung ter-direct ke page ini. Sambil cengengesan, lapor ke ibunya dan bilang: 'mama bohong ya? tuh tante alia aja bilang kalo dia curiga dengan jawaban mama. Janganjangan malah lebih suka The A Team?" :-)
@ Alia
BUKAN! Kecuali klo yg maen di sinetron itu Tora Sudiro. :D
@ Himawan
Hahahaaa ....
Post a Comment