3.10.2009

Photo story: Ragunan

Setelah hampir 7 tahun tinggal di Jakarta, akhirnya saya menginjakkan kaki juga di Kebun Binatang Ragunan bersama dengan dua kakak sekos saya. Bagusnya, saya masih pegang kamera SLR yang saya pinjam dari kantor untuk menonton konser Jason Mraz dua hari sebelumnya.

Banyak pemikiran yang timbul saat melihat hewan-hewan itu.

Buat saya, gorilla ini adalah bintang utamanya. Adrenalin menaik saat melihat si gorilla keluar dari goanya.







Pandangan pertama pada macaque ini mengingatkan saya pada primata-primata kecil yang ditemui oleh Pi di pulau karnivora dalam buku "Life of Pi" karangan Yann Martel. I don't even know why. Nama hewan yang ditemui Pi itu adalah meerkat.






Ternyata kancil itu begini, ya .... Hampir 26 tahun saya hidup, bayangan saya tentang kancil adalah hewan yang mirip kelinci. It's never too old to learn something new, isn't it?










Bahkan saya tetap tersenyum sewaktu menulis ini.











Ada dua cara bagi para hewan di Ragunan untuk mendapatkan makanannya:

(a) Tinggal di dalam wilayah masing-masing dan menjadi hiburan bagi spesies manusia. Konsekuensinya, para hewan sebaiknya duduk diam saja, tidak melakukan gerakan-gerakan yang membuat spesies Homo sapiens merasa terancam.

(b) Dijadikan sebagai angkutan internal. Konsekuensinya, hewan tersebut tidak boleh duduk diam jika masih ingin mendapatkan makanannya.



Apa kesamaan manusia dengan para hewan penghuni Ragunan? Mereka membiarkan pihak lain membereskan sampah-sampah mereka. Belum lagi pertunjukan adegan "serasa dunia adalah kamar kami" yang ditunjukkan oleh beberapa pasangan. Ah, itu seperti pasangan singa yang saya lihat sedang melakukan intercourse di depan para pengunjung.







P.S: Dihitung-hitung, perjalanan kami ke Ragunan itu hanya menghabiskan Rp 20.000/orang (termasuk ongkos angkutan umum pulang-pergi).

Can't wait to go there again. :)

4 comments:

Himawan Pridityo said...

Hmm... saya ke Ragunan sudah lama sekali. saat belum sekolah barangkali. Padahal saya kelahiran Jakarta. Yang parah, malah belum ke Monas sama sekali. Berkalikali pas ada kesempatan hendak berkunjung, tapi pas lihat antrian yang begitu panjang, malah males masuk. Akhirnya cuma berkelilingkeliling di lapangannya saja.

sebagai wisata binatang, memang KB Ragunan lumayan mendidik. Tapi karena isinya binatang semua, jangan salahkan kalau kelakuan para pengunjung mirip yang tinggal di balik terali besi itu. Sungguh terlalu. Makanya saya belum mau ke sana lagi.

:D

nocturnal-Mona said...

Hahahaha ... ternyata ada yg sependapat dengan saya mengenai kelakuan pengunjung di sana.

sonny said...

pernah 1x k ragunan wkt umur 5th bareng (alm) adikku yg crwt.
skrg ragunan dkt tp ga dikunjungi jg. Bs jln kk dr kos db :)

nocturnal-Mona said...

@Sonny
I bet it's a good and unforgettable memory for you. :)