1.22.2009

Etika Jurnalisme yang Terlupakan

Bukankah ini melanggar salah satu etika jurnalisme? Bukankah seharusnya media itu tidak menampilkan wajah dan nama pelaku tindakan kriminal yang masing tergolong anak-anak dan remaja?

Pun, untuk apa menyingkatnya menjadi SR di artikel bila kemudian Anda mempublikasikan foto ber-caption nama lengkapnya?

Jangan lupa bahwa yang Anda pertaruhkan di sini adalah masa depan anak tersebut. Anda turut bertanggung jawab untuk sanksi sosial yang mungkin akan didapatnya.

Itu komentar saya terhadap artikel di salah satu media online Indonesia (yang dimiliki oleh surat kabar beroplah terbesar di negeri ini). Yang saya komentari adalah berita tentang seorang anak usia 9 tahun yang dimasukkan ke dalam rutan.

Saya mengerti bahwa media itu bermaksud mengangkat kejanggalan tersebut. Mengapa anak tersebut tidak dimasukkan ke lembaga pemasyarakat khusus anak-anak/remaja?

Tetapi media itu lupa (atau sengaja melupakan) kalau ada ETIKA JURNALISME yang harus mereka junjung. Ada banyak kehidupan yang bisa dihancurkan oleh satu dua kalimat yang mereka publikasikan. Ada banyak konflik yang bisa mereka ciptakan hanya karena mereka tak mau (bukannya tak mampu) untuk cover both sides. Ada banyak masyarakat yang dibodohi hanya karena mereka tidak mau (lagi-lagi bukannya tidak mampu) mengungkapkan fakta ke masyarakat, hanya karena mereka ingin menyelamatkan perusahaan media yang memberi rupiah kepada mereka.

Dan belajar dari dua pengalaman sebelumnya dengan media yang sama, saya yakin kalau komentar kali ini pun tidak akan dipublikasikan oleh mereka. Mereka tidak cukup berani untuk menerima komentar sejenis ini di hadapan pembacanya sendiri. Demi nama baik perusahaan.

Lumrah bila semakin lama saya semakin skeptis pada media-media di Indonesia ini.

1 comment:

Anonymous said...

yaa terutama tv news station tuh.. penyiarnya kalo interogasi orang udah kayak polisi, sering sela2orang, mesti balik lagi ke bangku kuliah kayaknya... belajarnya kurang mateng