Sewaktu melewati Perkampungan Kingkit tadi pagi, saya sengaja memperlambat langkah saya karena mendengar lagu anak-anak dari speaker Abang Odong-Odong (benar kan, itu namanya?). Rasanya menyenangkan mendengar lagu anak-anak bertema sederhana seperti itu.
Saya pernah menjadi penyiar radio untuk acara anak-anak selama hampir lima tahun. Dalam ingatan saya, lagu anak-anak berkualitas yang terakhir diproduksi itu adalah album Sherina. Bahkan Sherina pun sekarang sudah mengeluarkan album dewasa!
Ah, ya, anak-anak masa kini mengikuti selera orang dewasa. Mereka dicekoki dengan Peterpan, Ungu, dan band-band populer lainnya (populer, bukan berkualitas). Sepupu saya buktinya. Dia bahkan sudah memasang poster Ungu di kamarnya pada saat dia masih duduk di kelas 4 SD! Salahkan soundtrack sinetron yang mengambil alih atensi masyarakat, dan anak-anak adalah pihak yang paling gampang terkena exposure ini.
Pada akhirnya, anak-anak dianggap lumrah menyanyikan lagu dengan lirik yang kurang mendidik, mengikuti sinetron yang menampilkan kekerasan, menonton talk show yang hanya mengajarkan stereotip negatif. Dan saya akan berhenti di sini, sebelum saya sampai pada topik kapitalisme, komodifikasi, efek media, dan psikologi pendidikan yang ideal.
5 comments:
Aku suka kalimat terakhirnya
Luar biasa !
kapan2 aku contek yaa gaya tulisannya
:D
Ah .. dipuji sama Sonny ... :D
Terima kasih. :D
berhenti sebelum ngomongin hal2 yang lo gak bisa bikin orang lain ngerti ya mon? :p
Berhenti sebelum semuanya tahu kenapa gw pake nama "nocturnal-mona". :P
sial sqali Mona pny teman kaya' Alia :D
Post a Comment