12.01.2008

Perempuan yang Berhenti di Gambir

Sabtu lalu, di sekitar pukul lima sore, saya melihat perempuan itu di stasiun Juanda. Kami berdiri di peron Bogor, hanya berjarak sekitar satu meter. Dia menarik perhatian saya saat dia bertanya kepada petugas kereta api yang ada di sekitar situ, dengan suara agak berteriak. "Pak, ini kan kereta yang berhenti di Gambir?" Dia bertanya segera setelah petugas mengumumkan kereta Depok Express akan memasuki stasiun Juanda. Sepertinya kami sedang menunggu kereta yang sama.

Si kereta yang dimaksud ternyata tidak langsung datang. "Kalau memang mau ke Gambir, naik ojek aja. Ngapain mesti naik kereta. Ekspres, lagi!" Itu yang singgah di kepala saya, karena Gambir adalah stasiun pertama setelah Juanda.

Saya amati dia. Perempuan itu memakai jilbab putih, jenis yang ringkas pemakaiannya. Memakai baju bahan kaus berlengan panjang berwarna hijau. Saat dia menggerakkan badan, saya melihat sekilas tulisan di punggung bajunya. Itu tipikal baju angkatan SMU yang menuliskan nama-nama anggota satu kelas tertentu. Di bawah deretan nama-nama itu, tertulis Angkatan 2004 - 2007. "Hmm, masih di bawah umur gue," demikian asumsi saya.

Dia memakai celana panjang berwarna coklat. "Oke, itu bukan perpaduan warna yang baik." Lagi-lagi muncul penilaian negatif di kepala ini. Kemudian pandangan saya beralih ke bagian kakinya. Di kakinya terpasang sendal jepit berwarna merah muda. "Ah, semakin kacau saja penampilan adik ini." Saya yang gaya berpakaiannya kerap dikritik pun bisa berpikir demikian.

Lalu pandangan saya naik, kembali ke arah wajahnya. Saya terkesiap saat melihat air matanya menetes dan dia terburu-buru untuk menghapusnya. "Ada apa gerangan?" Saya semakin penasaran. Tetapi saya belum menemukan timing yang tepat untuk memasuki personal bubble-nya.

Depok Express pun datang. "Ini saatnya," terpikir rencana sederhana di kepala saya. Saat kereta berhenti, saya sengaja bergerak mendekati perempuan itu, berharap supaya kami memasuki pintu yang sama. Dan memang demikianlah yang terjadi.

Karena kereta sedang sepi, dia segera mendapat tempat duduk. Kesempatan bagus buat saya, karena di sebelahnya pun kosong. Tak saya sia-siakan, saya pun segera duduk di situ. Tanpa menunggu lama, ternyata dia sendiri yang memulai percakapan dengan saya. "Mba, ini nanti berhenti di Gambir, kan? Habis ini Gambir kan, ya, Mba?"

"Iya," jawab saya. "Kenapa tadi ga naik ojek aja, kalo memang mau ke Gambir?" Saya berusaha menuntaskan rasa penasaran saya.

"Saya ga sempat Mba, kalau memang naik ojek. Takut keretanya ga keburu."
"Mba mau ke luar kota ya? Ke mana?" Saya tidak lagi mendebat logika jawabannya. Tidak ada waktu, karena kereta sudah memasuki stasiun Gambir.
"Surabaya, Mba. Bapak saya meninggal."

Jeger! Pantas dia tidak lagi memperhatikan cara berpakaiannya. Pantas ada aroma tak sedap dari badannya, karena saya yakin dia tidak lagi sempat untuk mandi dan bersalin. Pantas dari tadi dia selalu memandang ponselnya. Pantas dia terlihat begitu tidak sabaran ketika menunggu kereta datang di Juanda.

Pantas air matanya menetes.

Saat dia berdiri menanti pintu terbuka di stasiun Gambir, saya hanya mampu menatap punggungnya. Tak ada pemikiran apa-apa di kepala saya. Kosong.

5 comments:

Himawan Pridityo said...

hmm.. What a sympathetic insight. Baru saja berkunjung ke blog ini dan sepertinya penulis begitu fasih, apalagi kalo bahasa Inggris :P

Nice blog!

nocturnal-Mona said...

Selamat datang. Temannya Sonny, ya? Salam kenal. :)

Wah ... saya dipuji. :D
Terima kasih. Jadi makin semangat nulis. :)

Bambang Suprapto said...

Artinya, lo baru saja diingetin, Mon. Don't judge a book from its cover! (duh, bahasa gw jadi English setengah mateng, nih! hehe)

nocturnal-Mona said...

@Bambang
Bener banget tuh, Bem. Makanya gw lost in words waktu dia mau turun itu. Memang karna ngrasa udah bikin penilaian yg salah, hehehee ...

Anonymous said...

EEEEEH GILA YA!!!! SEGITU KOMPETITIFNYA JIWA LO!!!

padahal tanpa lo ngarep pujian dari gue, gue juga bakal bilang tulisan lo itu BAGUS!!!

really mon,

gue tunggu tulisan2 lo yang laen, mon.

BAGUS!!!

ini cara lo yang paling aneh buat menyampaikan sesuatu ke gue =)